SM*SH

SM*SH

Jakarta, 10 April 2010
SM*SH
Seven Man As Seven Heroes


Twitter : @SMASHBLAST
Youtube : smashblastvideo
Facebook : Sm*sH
Email : smashblast@rocketmail.com
Management : Star Signal ( 085719925366)



Personel


Rafael Landry Tanubrata
Nama Beken : Rafael Tan
Lahir : Garut, 16 November 1986
Agama : Katolik
Kuliah : UK Maranatha Bandung
Cita-Cita : Penyanyi Seriosa
Awal Karir : 2003 sebagai vokalis band
Anak : 1 dari 5 bersaudara
Tinggi Badan : 178 cm
Berat Badan : 68 kg
Warna Favorit : Coklat
Hobi : Jalan-Jalan (kuliner)
Sinetron : Cinta Cenat Cenut sebagai Rafael Rusdiantoro (2011) 

Rafael Landry Tanubrata: Si Coco Pembimbing “Adik-adiknya”
     Rafael yang lahir di Garut, 16 November 1986, tak asing dengan dunia musik dan tari. Waktu SMA bahkan pernah merilis album indie bersama teman-teman bandnya di Cola Float. Seperti personel lain, Rangga bergabung dengan klub dance di Bandung, Vogue Dancer. Tapi yang bikin kami tercengang, sejak beberapa tahun lalu Rafael jadi staf pengajar ekstrakulikuler dance di SD, SMP, dan SMA. Jalan menuju audisi SM*SH bermula dari hubungan pertemanannya dengan Bisma.
Ketika itu Bisma memberitahukan SM*SH masih butuh personel. Datanglah Rafael audisi berbekal lagu “Dia Dia Dia”-nya Afgan. Dari empat orang yang ikutan dari klubnya, beruntunglah ia yang lolos. Bergabung di boy band, Rafael sadar konotasi yang selama ini dikenal di masyarakat kurang bagus.
“Tapi toh kami musisi juga. Kenapa enggak mencoba sama-sama berkarya? Soal cibiran dan segala macamnya sih sudah biasa. Justru pengin membuktikan kami juga bisa,” terangnya.
Segala cacian direspon positif oleh Rafael. “Karena aku santai malah pernah ada yang enggak enak sendiri. Di Twitter bilang ini itulah, akhirnya dia minta maaf. Ujung-ujungnya sih tetap dia bilang: 'Tapi maaf kak aku enggak suka musiknya'. Ya aku sih santai saja, enggak apa-apa. Aku kan enggak bisa memaksa semua orang,” paparnya. Soal jiplak Korea segala macam, Rafael punya pandangan sendiri.
“Korean Wave di mana-mana kan? Jadi wajar saja. Kalau, misalkan, sekarang lagi Indian wave mungkin kami dibandinginnya sama boy band India, hahaha,” selorohnya. Sudahlah apa kata orang yang penting menurutnya, segala kerja kerasnya bersama teman-teman perlahan mulai terbayar.
“Kadang paling kenyataan itu yang bikin agak miris. Maksudnya gini, aduh kalian tak tahu apa yang kami lakukan di belakang ini semua. Melewati proses latihan nyanyi dan nari setiap hari selama berbulan-bulan. Itu bukan hal gampang. Kenapa kok malah diginiin? Cuma, ya balik lagi, selera orang beda-beda. Tugas kami berusaha yang terbaik. Itu saja.” Ditanya soal video parodi di YouTube yang terkesan mengolok-olok mereka, Rafael malah menganggapnya lucu.
“Itu kreasi anak-anak SMA 5 Bandung. Kreatif banget mereka. Aku malah senang karena banyak juga video lain yang meng-cover lagu kami. Dari mulai yang akustik sampai yang cuma lip sync kayak Sinta Jojo, gitu. Luculah. Aku sering rekam videonya dan pas ketemu anak-anak nonton bareng, ketawa-ketawa bareng. Seru!” beber cowok yang hobi wisata kuliner ini.
Rafael menikmati saat-saat kebersamaanya bersama personel SM*SH yang dianggapnya seperti keluarga.
“Bayangkan, sekarang jadwal kami padat dan sering pisah dari keluarga. Kalau begini kan banyak yang sedih. Kebetulan aku yang paling dewasa, sebisa mungkin memberi pengertian kalau kita melakukan ini semua juga demi keluarga, jadi harus semangat. Pokoknya benar-benar kayak kakak-adik, deh,” ujar Rafael yang punya panggilan kesayangan Coco.
“Coco itu plesetan dari koko. Kadang-kadang ditambah “h” (logat orang Sunda-red) jadi cocoh, hahaha. Sebaliknya aku manggil yang lebih kecil, adek. Karena sudah seperti keluarga, enggak ada lagi malu-malu. Masing-masing bebas berekspresi. Mau menangis ya menangis, mau marah ya marah, enggak ada yang dipendam,” tutur mahasiswa Universitas Maranatha ini.
Soal popularitas SM*SH yang makin dahsyat, Rafael mengaku measakan perubahannya. Waktu untuk main bersama teman dan keluarga otomatis berkurang. Tapi dampaknya di masyarakat ia lebih dikenal. “Kadang ada yang minta foto bareng dan teriak 'You know me so well', hahaha. Paling sebatas itu sih belum ada yang berlebihan,” ungkapnya.
Bagaimana di Twitter, media interaksi fans dan artis paling jamak saat ini? Rafael kadang merasa serba salah kalau tak bisa balas semua mention fansnya.
“Biasanya kalau dibalas satu, jadi merembet. Enggak dibalas bilangnya sombong. Padahal kan bukan begitu. Mention-nya banyak, jadi banyak juga yang tenggelam ke bawah-bawah dan enggak terbaca, hehe,” pungkas Rafael yang memberi bocoran sedikit tahun ini SM*SH bakal ada proyek main film. “Ya ada rencana, tapi belum bisa kasih info apa-apa. Doakan saja, ya!”


Rangga Dewamoela Soekarta
Nama Beken : Rangga Moela
Lahir : Voorburg (Belanda), 6 Januari 1988
Agama : Islam
Kuliah : Universitas Khatolik Parahyangan Bandung
Cita-Cita : Dokter hewan
Awal Karir : 2008 drama seni musikal 'You and Me'
Anak : 1 dari 1 bersaudara
Tinggi Badan : 170 cm
Berat Badan : 60 kg
Warna Favorit : Biru
Hobi : Jalan-Jalan
Sinetron : Cinta Cenat Cenut sebagai Rangga Rusdiantoro (2011)
Rangga Dewamoela Soekarta: Pernah Jadi Backing Vocal Sherina

       Lahir di Belanda, 6 Januari 1988, Rangga Dewamoela Soekarta (Rangga) (23) baru kembali ke tanah air di usia 6 tahun. Jiwa seninya terpupuk dari keluarga yang memang senang musik dan akting. Sejak SD ia rajin ikut lomba nyanyi. Talentanya makin terasah saat SMP dengan bergabung di kelompok paduan suara binaan Alm. Elfa Secioria.
“Berkat kursus di sana, aku sempat jadi backing vocal Sherina,” kenangnya.

Tahun 2002, pengagum Agnes Monica dan Stevie Wonder ini juga ikut Elfa's Children Choir Olympic di Busan, Korea, dan berhasil menggondol medali perak. Beberapa tahun berlalu, Rangga terus mengepakkan sayap. Ia melanglang dari satu panggung ke panggung lain di festival musik macam JakJazz dan JavaJazz.

Tak hanya musik, Rangga yang saat ini masih berstatus mahasiswa Hukum Universitas Parahyangan pun mencoba mengeksplor ranah lain, akting dan menari. Ia sempat ikutan sinetron musikal, You And Me di Global TV 2008 lalu. Untuk tari, ia bergabung dengan Wanna Be Dancer, klub dance di Bandung.

Di klub tari itulah Rangga dipertemukan dengan Gerry Christanto, koreografer yang jadi sosok pembuka jalan kesuksesannya di SM*SH. Gerry menyarankan ikut audisi. Menyanyikan lagu favorit andalannya dari Keith Martin,  “Because Of You”, Rangga yang juga diminta menari dan melalui tahap seleksi wawancara, memukau manajemen. Sama sekali tak ada rasa risi atau tak pede mengetahui akan bergabung dengan boy band -- formasi grup musik yang sudah sekian lama ditinggalkan peminat di Indonesia.

“Aku super excited. Ini impian dan passion aku dari dulu. Bisa tampil nyanyi dan nge-dance. Aku mikir justru karena lama enggak ada boy band, saatnya tampil menggebrak dengan memberi sesuatu yang beda,” papar cowok yang waktu kecil bercita-cita jadi dokter hewan ini.

Karena prinsipnya kuat, Rangga yang poninya jadi ciri khas ini pun tak goyah ketika SM*SH dicaci maki. “Setiap hal selalu ada pro dan kontra. Kita kan enggak bisa memaksakan pendapat dan selera orang. Setiap kritik dan saran membangun membuat aku lebih semangat. Lagi pula berkat mereka malah jadi lebih banyak orang yang penasaran sama kita. Tapi kalau yang kasar-kasar gitu sih lebih baik didiamkan,” tegasnya. Bagaimana dengan tudingan SM*SH dianggap menjiplak boy band Korea?

“Kami tidak memungkiri dapat inspirasi dari mereka. Tapi kan hanya sebatas itu. Kalau dibilang inilah-itulah, ya sudah biarkan saja. Lagi pula maklum, sekarang kan Korea lagi booming banget. Boy band di sana semua, makanya dibandingkannya dengan mereka,” ujar Rangga yang mengaku sebelum bergabung di SM*SH tak tahu menahu soal industri hiburan Korea.

“Satu-satunya serial yang aku tahu cuma Full House dan penyanyi cuma Rain karena dia memang terkenal banget kan sampai nembus Amerika.”
Lupakan masalah haters, anti-fans, atau apalah itu. Rangga lebih senang tetap berkarya agar bisa selalu menghibur seluruh masyarakat, terutama para penggemar.

“Kalau bukan mereka, siapa lagi yang menghargai karya kami?” ujar cowok penyuka warna biru ini. Lalu bagaimana dengan fans yang fanatismenya berlebihan? Rangga sih merasa sejauh ini masih dalam tahap wajar.
“Paling cuma kalau di jalan menyapa, nyubit, atau kalau di Twitter minta direply. Itu saja.” Ngomong-ngomong Twitter, yang lucu setiap teman yang di-mention olehnya rata-rata langsung di-follow para fans. “Iya, teman-teman aku pada bilang: 'Gila ya itu fans-fans lo pada follow dan nanya-nanya tentang lo ke gue'. Hahaha, kocak sih,” tukasnya sambil tertawa.

Jadi penasaran nih ya, apa sih yang bikin fans segitu tergila-gilanya sama Rangga? Vokal dan tampang sudah pasti dong. Iseng kami google dan menemukan satu blog gadis remaja yang super ngefans sama cowok yang sangat cinta kucing ini. Saking ngefans-nya, ia bahkan meng-capture akun Twitter yang sempat beberapa kali di-reply Rangga.
“Meskipun cuma dibales senyum gitu doang itu sudah sukses bikin cenat-cenut tauuuuuuuuu,” begitu tulisnya semangat.
Daaaan, yang bikin kami ikutan mesam-mesem, ia juga menjabarkan rinci mengapa memilih Rangga dibanding personel lain.

“Awalnya sih suka karena PIPInya! yep! PIPI! Kalau kata Bisma pipi Rangga kayak bakso, tapi kalo kata saya mah kayak bakpao *dicekek rangga* hahahhaa. Selain pipi saya suka MATA! yep! mata Rangga itu berbinar-binar, sepertinya ada pelet apa gitu sih di matanya.  Dan ini yang penting, SUARA! yep! suaranya rangga itu enaaaaaakk, HIDUP RANGGA!” Oh, oh, satu lagi bunyinya begini: “Dia juga paling rajin senyum! YAP! senyum dimana-mana…diantara personil SM*SH yang lain Rangga paliiiiiiiiiiinngg sering banget senyum, bahkan waktu nge-dance pun senyum teruuuuuss. Senyum itu yang menyebabkan saya terjerembab kedalam dunia Rangga. Saya rasa di balik senyum itu tersimpan pelet, susuk dan sejenisnya yang bisa memikat hati semua orang!” Awww, jadi ikutan kena pelet, hahaha.


Handi Morgan Winata
Nama Beken : Morgan Oey
Lahir : Singkawang, 25 Mei 1990
Agama : Katolik
Kuliah : Universitas Bina Nusantara
Cita-Cita : Pilot
Awal Karir : 2010 sebagai model
Anak : 1 dari 3 bersaudara
Tinggi Badan : 179 cm
Berat Badan : 65 kg
Warna Favorit : Merah
Hobi : Nyanyi, Berenang, Membaca, Dengerin Musik, dan Nonton
Sinetron : Cinta Cenat Cenut sebagai Morgan Rusdiantoro (2011)
Handi Morgan Winata: Syok Melihat Ulah Penggemar
Sebelum bergabung bersama SM*SH, Handi Morgan Winata (20) menekuni dunia modeling. Ia pernah bergabung dengan salah satu modeling agensi di Jakarta.
“Ikut modeling, karena di Jakarta, selain kuliah enggak ada kegiatan lain. Daripada menganggur, ya ikut modeling saja. Hitung-hitung menambah uang jajan,” kata Morgan yang setelah lulus SMA pindah dari Singkawang, Kalimantan ke Jakarta  untuk  menuntut ilmu di Jurusan Teknik Informatika Universitas Bina Nusantara.
Sebagai model, karier Morgan cukup moncer. Ia sering difoto untuk keperluan majalah. Bahkan ia pernah tampil sebagai model videoklip band pendatang baru.
“Banyak yang aku dapat dari dunia modeling, selain dapat uang jajan.  Dulu aku ini tergolong pemalu, tapi setelah ikut modeling, rasa malu mulai terkikis. Berprofesi sebagai model kan terkadang harus berada di tengah-tengah banyak orang. Jadi perlahan-lahan sifat pemalunya hilang. Sekarang malah malu-maluin,” canda penyuka warna hitam dan merah ini.
Nah, suatu kali, seorang teman  bos agensi modeling tempat Morgan bernaung tengah mencari  model yang punya kemampuan bernyanyi. Si pimpinan agensi merekomendasikan Morgan.  Sedari kecil Morgan memang punya interest terhadap dunia tarik suara. Ia menggemari musik  Justin Timbarlake, Britney Spears, Rihanna, Titi DJ, Glenn Fredly, dan boy band lokal macam M.E ataupun Trio Libels.
“Dulu saya hobi banget menyanyi di kamar mandi. Sampai-sampai papa aku marah  karena kebiasaan itu,” ucap cowok yang hobi renang ini.
Oh ya,  Morgan pernah menjajal audisi Indonesian Idol 2010 di Jakarta untuk meretas impiannya sebagai penyanyi.
“Aku datang ke lokasi  kepagian. Jam 4 pagi sudah datang, padahal audisinya mulai jam 11 pagi,” kenang Morgan. Sayang, tak beruntung. Ia tak lolos di tahap awal audisi.
Setelah namanya direkomendasikan, Morgan lalu menjalani tes vokal. Ia lulus dan kemudian direkrut menjadi salah satu personel.
“Mulai April 2010, personel SM*SH ikut training camp.  Kami latihan vokal dan koreografi. Latihan vokal enggak terlalu masalah, tapi latihan koreografinya ini yang berat. Aku enggak punya basic nge-dance. Jadi kaku banget waktu awal-wal latihan,” tutur Morgan yang mengaku masih single ini.
Oktober 2010, SM*SH merilis singel “I Heart You”. Morgan ingat, penampilan perdananya bersama SM*SH di Inbox SCTV.
“Campur aduk perasaan waktu itu. Ya deg-degan, ya senang. Sempat keringat dingin juga,” cerita pengagum akting Lindsay Lohan dan Jake Gyllenhaal ini.
Sejak penampilan di Inbox perlahan-lahan, keberadaan  SM*SH mulai dikenal.  SM*SH  mulai kebanjiran SM*SH Blast -- sebutan untuk penggemar SM*SH. Salah satu efek  populernya SM*SH, Morgan mengaku kini akun Twitternya telah di-follow lebih dari 20 ribu orang.
“Tak cuma itu, di Depok pernah ada yang sampai menangis demi  meminta foto bersama SM*SH. Bahkan pernah mobil kami diserbu dan digedor-gedor penggemar. Terus terang saya agak syok melihatnya. Siapa sih kami ini sampai mereka bertingkah seperti itu?” kata Morgan merendah.
Selain punya fans fanatik, Morgan sadar tak sedikit yang membenci SM*SH. Morgan tahu banyak yang menuding mereka sebagai plagiator  boy band Korea.
“SM*SH memang terinspirasi boy band Korea. Tapi bukan cuma itu. Kami terinspirasi juga boy band Barat. Bahkan kami juga terinspirasi boy band lokal seperti M.E dan Trio Libels. Kalau ada yang bicara jelek, kami sih santai saja. Terserah mereka. Yang jelas, kami akan terus melakukan improvement. Kami akan jawab tudingan itu dengan penampilan lebih bagus,” ucap Morgan.
Seiring jadwal manggung SM*SH yang makin padat, Morgan mengaku aktivitas perkuliahannya  mulai keteteran.
“Aku pernah punya pengalaman, seusai  perform di TV, aku harus sampai kampus dalam 5 menit karena ada ujian. Agar cepat sampai kampus, aku naik ojek. Belajarnya di atas ojek.   Tadinya, aku pikir karier dan kuliah bisa berjalan bareng, kenyataannya tidak bisa. Fokus jadi pecah. Dari situ aku berpikir harus memprioritaskan salah satu. Sekarang ini aku memutuskan memilih kerjaan, kuliah di-postpone dulu. Nanti kalau jadwalnya sudah agak stabil, baru kuliah lagi,” pungkas Morgan.



Bisma Karisma
Nama Beken : Bisma
Lahir : Bandung, 27 November 1990
Agama : Islam
Kuliah : UNIKOM Bandung, Jurusan DKV
Cita-Cita : Seniman
Awal Karir : 2000 sebagai dancer
Anak : 2 dari 2 bersaudara
Tinggi Badan : 169 cm
Berat Badan : 54 kg
Warna Favorit : Hitam dan Merah
Hobi :Berkarya
Sinetron : Cinta Cenat Cenut sebagai Bisma Rusdiantoro (2011)
Bisma Karisma: Santai Menanggapi Fans dan Haters
Berawal dari kegemarannya bermain Dance Dance Revolution (DDR), Bisma Karisma (20) mulai menyelami dunia tari. Minatnya pada tarian berjenis hip hop dan breakdance tersalurkan dengan bergabung di komunitas breakdance di Bandung.

Setelah bergabung di komunitas, ia makin rajin mengikuti berbagai kompetisi. Bisma yang piawai dalam gerakan head spin menyabet juara pertama di acara Let’s Dance dan juara 2 di Let’s Dance Goes to Japan yang tayang di Global TV.
Bergabungnya Bisma dengan grup musik SM*SH pun tak lepas dari kiprahnya di dunia tari. Bisma bergabung dengan club dance Wanna Be Dancer dan Dawn Squad Breakin Crew. Kebetulan, salah satu penari Wanna Be, Gerry Christanto, menjadi koreografer penggagas dibentuknya grup SM*SH. Bisma kemudian ditawari audisi. Ia dan personel SM*SH lainnya menerima pelatihan selama lima bulan sebelum merilis singel “I Heart You”.

Melihat latar belakangnya, tak heran kalau di deretan personel SM*SH, Bisma menonjol dalam koreografi. Meski begitu, urusan tarik suara juga bukan dunia baru untuk pria kelahiran 27 November 1990 ini. “Dulu, aku juga sempet bikin band. Selain main dram dan perkusi, aku juga mengisi vokal,” tuturnya. “Sampai sekarang pun kami masih terus latihan vokal,” imbuhnya.

Bersama enam rekannya di SM*SH, Bisma kini jadi idola baru remaja. Bisma mengaku sedikit banyak mengalami perubahan. “Kalau secara pribadi sih enggak ada yang berubah dari aku. Memang cukup mengagetkan melihat SM*SH bisa cepat populer seperti sekarang. Itu membuat aku harus bersyukur, dan selalu down to earth,” kata Bisma.
“Mungkin yang berbeda, sekarang lebih banyak orang yang kenal. Kalau jalan suka ada yang ngajak foto bareng. Tapi pada dasarnya aku orangnya cuek,” kata penggemar Jason Mraz ini.
Perubahan yang paling terasa mungkin kesibukan bersama SM*SH yang sangat menyita waktunya. Anda pasti tahu, hampir setiap hari SM*SH wira-wiri menjadi bintang tamu di acara TV. SM*SH juga tengah dalam persiapan membuat singel kedua. Apalagi para personel SM*SH tak tinggal di satu kota. Sebagian di Jakarta, sebagian lagi -- termasuk Bisma -- di Bandung.

“Untuk jadwal latihan vokal saja kita enggak selalu bareng, karena jadwalnya beda-beda, apalagi kebanyakan kita masih kuliah dan sekolah,” ucapnya. Agar bisa fokus, Bisma mengambil keputusan cuti sementara dari kegiatan perkuliahannya di jurusan desain komunikasi visual.

Bisma tak memungkiri, meningkatnya jumlah penggemar SM*SH dibarengi juga dengan jumlah haters yang tak sedikit. Diakui Bisma, konsep video klip lagu “I Heart You” yang memakai latar putih dan gaya dandanan salah satu yang memicu tudingan bahwa mereka menjiplak artis Korea.

“Mungkin karena latar video klipnya putih, jadi dibilang mirip video kliipnya Suju. Padahal sama sekali enggak ada niatan ke situ. Kita cuma pengin pakai latar putih supaya kelihatan bersih, dan kitanya kelihatan cakep-cakep, hehehe. Koreografinya pun original kok. Aku lihat sendiri, bagaimana proses koreografi lagu “I Heart You” dibuat oleh Gerry Kristanto,” kata Bisma.

“Mungkin karena sekarang trennya sedang boy band Korea, jadi kalau ada grup dengan konsep full dance dan vokal kesannya meniru. Padahal sebenarnya kan bukan cuma Korea yang punya boy band,” tukasnya.
Menanggapi pro dan kontra, Bisma mencoba positif. “Untuk yang mendukung, aku berterima kasih. Enggak nyangka juga dukungannya sampai segitunya. Untuk para haters, aku ingin bilang, kalau memang enggak suka, ya sudah enggak apa-apa. Tapi heran, banyak yang mengaku benci tapi kok tahu semuanya tentang aku, bahkan mereka juga cari tahu soal masa lalu aku,” kata Bisma.

“Sejauh ini sih enggak ada perlakuan frontal secara langsung dari para haters. Tapi kalau cyber bullying, yang mencaci maki kita bahkan dengan bahasa binatang lewat Twitter, banyak. Enggak perlu ditanggapi yang seperti itu. Kalau ada yang memberi kritik atau masukan, kita dengan senang hati,” urainya.

Bisma pernah mengalami perlakuan cukup ekstrim dari para fansnya. Lantaran dikira dekat dengan salah seorang penyiar radio, para fans Bisma menyerang bahkan membuat grup antifans untuk gadis yang diduga dekat dengan idolanya.
Kepada para fans, Bisma berpesan, “Sebaiknya tak usah terlalu fanatik kalau mengidolakan seseorang. Fanatisme berlebihan bisa mengecewakan orang yang diidolakan, juga fans yang mengidolakan,” pungkas Bisma.



Dicky Muhammad Prasetya
Nama Beken : Dicky Prasetya
Lahir : Bandung, 18 Juni 1993
Agama : Islam
Sekolah : SMA BPI 1 Bandung
Cita-Cita : Arsitek
Awal Karir : 2010 sebagai penyanyi
Anak : 2 dari 3 bersaudara
Tinggi Badan : 170 cm
Berat Badan : 53 kg
Warna Favorit : Merah, Hitam, Abu-abu, Coklat
Hobi :Dengerin Musik
Sinetron : Cinta Cenat Cenut sebagai Dicky (2011)
Dicky Muhammad Prasetya: Dapat Panggilan "Yupi" dari Penggemar
Penggemar menyebut Dicky Muhammad Prasetya (17) sebagai “Si Behel” atau “Yupi”. Tentang sebutan “si behel”, cowok imut yang akrab disapa Dicky mengaku heran. Pasalnya, bukan cuma dia anggota SM*SH yang menggunakan behel. Tapi untuk sebutan “yupi”, anak tengah dari tiga bersaudara pasangan Kinkin Dasikin Djohari-Sri Yetti Mulyawati mengakuinya sebagai buah dari kesalahan pribadi.
“Waktu itu ada penggemar yang ngikutin kegiatan kami. Terus aku kepergok lagi berebut Yupi (gula-gula kenyal) sama Rangga. Sejak itu mereka panggil aku Yupi. Bahkan sekarang setiap manggung, ada saja yang kasih aku Yupi. Banyaknya sampai bisa untuk buka toko. Hahaha,” ungkap Dicky.
Tawa Dicky demikian riang saat membagi kisahnya kepada kami. Penggemar membuntuti dan memberinya panggilan spesial, anugerah tak terkira bagi cowok kelahiran Bandung, 18 Juni 1993. “Enggak nyangka bisa sampai begini,” aku Dicky yang diajak bergabung ke SM*SH berkat kepiawaiannya menari.
Dicky di kalangan teman-teman sekolah dikenal sebagai penggemar fanatik segala hal yang berbau Korea, termasuk musik dan fenomena boy band-nya yang tengah booming. Sedikit-banyak, ada hasrat Dicky untuk bisa meraih mimpi di industri hiburan. “Teman-teman aku di sekolah pada bilang, pasti aku senang, karena sekarang (bersama SM*SH) bisa mirip idola. Ya memang senang banget,” serunya.
Sejak awal Dicky menyikapi positif tawaran menjadi boy band. “Kapan lagi, kenapa tidak dicoba?” kata Dicky. Pengidola Lady Gaga itu secara jujur mengaku tidak memiliki kemampuan menyanyi mumpuni. Waktu kecil Dicky sempat ikut beberapa lomba menyanyi, hanya saja tidak diseriusi.
“Yang aku pikirkan waktu menerima tawaran ini, menyanyi itu kan masih bisa dilatih. Lagi pula ada bakat jugalah sedikit. Hahaha. Dan sekarang vokal aku sudah cukup membaik. Hasil latihan dengan guru vokal,” klaimnya.
Tentu saja, menjadi tenar tidak melulu tentang kesenangan. Ada risiko khas dunia keartisan yang sekarang telah dirasakan Dicky. Salah satunya kesibukan yang semakin meningkat. Apalagi Dicky masih tercatat sebagai siswa kelas 3 di SMA BPI 1 Bandung.
“Harus pintar-pintar mengatur jadwal biar dua-duanya -- pendidikan dan karir -- tetap berjalan. Tapi paling kerasa sih, ngumpul sama teman-teman saja sekarang sudah tidak bisa. Ya, mau bagaimana lagi? Memang harus fokus di sini dulu sekarang,” ujar Dicky tanpa maksud mengeluh.
Untungnya keluarga memberi dukungan penuh. Sekadar mengilas balik, Dicky memberi gambaran tentang sosok ibunya sebagai orang yang sangat pengertian terhadap keinginan anak-anaknya.
“Dulu waktu aku tertarik belajar menari, mama langsung menyuruh menyeriusinya dengan ikut sanggar. Kata mama, kalau suka ya harus sekalian ikut kegiatan yang jelas,” kenangnya.
Kini bersama SM*SH, Dicky mulai berani menargetkan mimpi selanjutnya. Penyuka warna hitam, biru, dan pink ini ingin selanjutnya lebih terlibat dalam segala urusan grup. Urusan kostum panggung saja Dicky mengaku turut memberi masukan dan ide. Termasuk kelak dalam urusan membuat lagu.
“Ada niatan untuk bisa bantu di situ. Mudah-mudahan nanti ada kesempatan,” harap Dicky. Karena SM*SH rencananya akan rilis album di tahun ini, siapa tahu kesempatan itu benar ada, ya?



Reza Anugrah
Nama Beken : Reza
Lahir : Kendari, 21 Maret 1994
Agama : Islam
Sekolah : SMAN 6 Bandung
Cita-Cita : Pembisnis  atau Dokter
Awal Karir : 2010 sebagai penyanyi
Anak : 1 dari 3 bersaudara
Tinggi Badan : 173 cm
Berat Badan : 57 kg
Warna Favorit : Putih
Hobi : Jalan-jalan
Sinetron : Cinta Cenat Cenut sebagai Reza (2011)
Reza Anugrah: Lulusan Penyanyi Kamar Mandi
Semakin ditelusuri keseharian anak-anak SM*SH, semakin kami endus kentalnya kultur boy band. Mereka bertengkar, menangis, berlatih, dan tentunya merajut mimpi bersama. “Masalah sih pasti ada. Tapi begitu ada yang tidak suka, marah, atau apa pasti manajer langsung mengumpulkan kami, lalu kami bahas dan selesaikan bersama,” ujar Reza Anugrah (16).
Seperti boy band umumnya personel dan manajemen berusaha membangun harmonisasi dan kerja tim yang baik. Kendala umur ketujuh personel bukan penghalang, tapi justru memperkaya suasana di grup.
“Nggak ada gap karena semua dikomunikasikan dengan baik. Tiap ada waktu luang kami ngobrol macam-macam. Mau apa besok? Makan apa? Seperti itulah. Di grup kami enggak ada leader karena kami bisa saling mengisi,” terang cowok kelahiran 21 Maret 1994 ini.
Cerita soal pelatihan, debut, dan persahabatan khas boy band juga keluar dari bibir pengidola Michael Jackson ini.
“Saat diajak bergabung ke SM*SH aku enggak bisa menyanyi sama sekali, basic aku penari hip hop. Semua berlatih dari awal lagi, menyanyi, public speaking, koreografi. Aku malah belum pernah menyanyi sama sekali, dulu aku cuma penyanyi kamar mandi, ikut lomba pun lomba adzan. Baru benar-benar berlatih menyanyi, ya di SM*SH. Saat sudah mulai sebagai kelompok merasakan banyak kemajuan,” ujar Reza.
Karena jenis suaranya yang bas, Reza kebagian peran sebagai rapper, selain sebagai penari utama grup. Adapun latihan dilakukan secara intesif, menyanyi 3 kali seminggu selama 2 jam, lalu berlatih tari 2 kali seminggu. Personel SM*SH yang dekat dengannya, Bisma.
“Kami cocok ngobrolnya, dulu satu grup dance,” akunya.
Tema obrolannya pun beragam. “Ngobrolin macam-macam, termasuk minta tip mendapat cewek yang cantik, hahaha.” Dengan Ilham, adiknya? “Aku enggak terlalu dekat malah. Mungkin karena sama-sama cowok. Ya, kalau sama Ilham, ya kadang membantu dia mengerjakan PR,” kata Reza.
Respons kesuksesan SM*SH mulai dirasakan Reza. “Saat ke ATM Pak Satpam tahu saya anggota SM*SH. Terus di sekolah sampai ada siswa lain kelas yang masuk ke kelas minta foto bareng, heboh banget.” Tapi di antara semua respon menurut Reza yang membuat ia sedikit kaget, komentar di dunia maya.
“Ada yang komentar baiiik banget, kok ada ya cowok seganteng ini, kok orangtuanya bisa ya melahirkan anak seganteng ini. Tapi ada juga yang komentar yang enggak ngenakin disebut maho, hehehe. Tapi semua komentar itu membangun, jadi kami menerima sebagai masukan,” urai Reza. Saking banyaknya tawaran manggung, Reza mengaku nilai-nilainya turun sedikit.
“Tadinya ranking 14, jadi 15,” katanya terkekeh. Kegiatan rutinya les bahasa Inggris dan les mata pelajaran lain, dihentikan untuk sementara.
“Orangtua berpesan pendidikan tetap nomor satu, makanya saya tetap sekolah. Kalau ada jadwal, saya buat surat khusus,” terangnya. Demi mewujudkan impiannya meraih kesuksesan, Reza yang masih kelas 2 SMU tak ragu pindah ke Jakarta. “Untuk mewujudkan target kami go internasional,” pungkas Reza. Wow!



M. Ilham Fauzi
Nama Beken : Ilham
Lahir : Kendari 29 Agustus 1995
Agama : Islam
Sekolah : SMAN 1Bandung
Cita-Cita : Artis
Awal Karir : 2010 sebagai penyanyi
Anak : 2 dari 3 bersaudara
Tinggi Badan : 170 cm
Berat Badan : 56 kg
Warna Favorit : Hijau
Hobi : Bernyanyi, Berenang, dan Dance
Sinetron : Cinta Cenat Cenut sebagai Ilham (2011)
M Ilham Fauzi E: Cita-citanya Jadi Artis
Ilham (15), boleh saja menjadi anggota termuda di grup. Cowok yang bersaudara kandung dengan Reza ini bahkan sering disebut sebagai anak bawang dan dijadikan sasaran kejahilan. Tapi jangan pernah anggap remeh. Soal kesiapan sebagai artis, cowok kelahiran Kendari, 29 Agustus 1995 bisa dikatakan paling tinggi.
“Jadi artis itu memang cita-cita. Hahaha,” ceplos Ilham yang oleh penggemar disapa “Si Chubby”. Menghadapi kesibukan atau jadwal manggung yang mulai memadat, justru ditanggapi dengan gembira.
“Kalau melihat manajemen nyantumin jadwal (manggung), aku malah senang banget. Enak kan sibuk, daripada enggak ada kegiatan?”
Well, Ilham memang sosok anak yang amat menyukai kesibukan dan minatnya pun banyak. Kelas 5 SD berani menyatakan keinginan untuk belajar menari kepada orangtuanya. “Orangtua tidak pernah mendorong-dorong. Saya sendiri yang berinisiatif meminta ini-itu,” buka Ilham.
Soal menyanyi, pengidola Justin Bieber ini pun selalu percaya diri, walau hanya berbekal pengalaman sebagai penyanyi kamar mandi. “Kalau guru (di sekolah) nyuruh tampil apa gitu, aku sih nyanyi saja,” ujarnya pede.
Kendati tidak pernah diarahkan secara khusus, orangtua Ilham, pasangan Effendi Yusuf-Sulfiani E telah tanpa sengaja menanamkan pengaruh sebagai penampil yang cukup kuat di dalam keluarga. Sulfiani pernah mengecap profesi model, sementara sang ayah seorang atlet bela diri.
“Kombinasi dari situ kali ya, menurun ke anak-anaknya? Hahaha,” ujar Ilham yang juga mengawali karier sebagai model menduga-duga.
“Mungkin karena itu juga mereka memberi dukungan penuh. Cuma satu pesan mereka, agar jangan sampai melupakan pendidikan.”
Ada satu hal menarik tentang pendidikan. Kendati mengaku santai menghadapi popularitas, di sekolahnya, Ilham malah terkesan menarik diri dari pergaulan. Belakangan, dia mulai merasa enggan, bahkan untuk sekadar nongkrong di kantin sekolah.
“Enggak tahu kenapa, malah lebih milih tidur-tiduran di kelas pas jam istirahat. Kurang tidur juga belakangan, tapi soal malas ke kantin itu mungkin karena aku anak kelas 1. Cuma agak bingung harus bersikap bagaimana di sekolah,” kata Ilham.
Sedikit banyak, cerita Ilham menyiratkan adanya pro dan kontra terhadap SM*SH turut memberinya tekanan. Yang membenci hampir sebanding dengan yang menyukai. Ilham menyadari itu salah satu risiko.
“Kebetulan, kami lahir di tengah-tengah berlangsungnya Korean Wave. Ada yang langsung suka, banyak juga yang terang-terangan benci. Aku sih mencoba ambil positifnya saja. Tidak perlulah dijadikan beban. Malah aku anggap mereka yang membenci itu justru sangat perhatian. Aku salah gerak tari saja mereka langsung komentar. Terima kasih sudah perhatian, ya,” ujar Ilham yang masih rajin membaca komentar baik positif maupun negatif di dunia maya.
Bagi Ilham, bergabung dan meraih popularitas bersama SM*SH sarana terbaik untuk menyalurkan sekaligus mengembangkan hobi dan minatnya. “Aku suka menari dan menyanyi. Keduanya bisa dilakukan di sini. Selain itu, aku juga bisa mendapatkan penghasilan. Siapa tidak mau?” tanya Ilham. “Selain itu, dengan sukses di sini, aku juga merasa bisa menginspirasi anak-anak lain agar berani memiliki mimpi yang sama,” imbuhnya. Siplah.




SM*SH